Asal nama
desa ini dari kata Boga (Tata Boga), kaena daerah ini sejak dulu terkenal
sebagai pembuat Boga / Tata Boga. Maka masyarakat menamai desa ini desa Boga,
Karena tulisan Boga di baca dengan logat jawa berbunyi Bugo. Maka nama desa ini
menjadi Desa Bugo.
Desa Bugo
berasal dari kata REMBUGAN (bhs jawa) yang berarti musyawarah/bermusyawarah.
Berawal dari Cikal Bakal (asal mula)yang bermukim di tempat ini, ada 4 orang
yang suka berembug/bermusyawarah tentang segala hal. Dari masalah pertanian,
agama, kehidupan, juga pemerintahan (dipercaya, 4 orang tersebut berasal dari
kerajaan Mataram). Hingga jika ada orang dari tempat lain bertanya akan kemana,
dijawab akan ke tempat Rembugan/mBugan/mBugo. 4 orang tersebut adalah PUNDEN
(bhs jawa = mulia/yang dimuliakan) yang makamnya masih terawat dengan baik
sampai sekarang.
Sejarah
Singkat Industri Roti Pada tahun 1960 – an ada 2 orang penduduk desa
Bugo yang bernama bapak Sunar dan bapak Kaswi yang bekerja pada perusahaan roti
milik orang Cina di Kudus. Setelah beberapa tahun bekerja di perusahaan roti
tersebut mereka akhirnya mengusai cara dan teknik pembuatan roti. Kemudian pada
tahun 1970 an setelah merasa mampu dan menguasai cara pembuatan roti, mereka
memutuskan untuk usaha mandiri dalam bidang pengolahan kue dan di desa Bugo.
Pada awalnya mereka membuat kue dan roti bolang baling,roti moho, roti manis
dan untir untir. Namun saat itu usaha pengolahan kue kue dan roti belum bisa
berkembang , karena masyaraka masih asing dengan produk produk tersebut. Bahkan
poduk produk tersebut masih di anggap makanan mewah yang hanya dapat dibeli
oleh kalangan menengah ke atas. Namun dengan kesabaran, ketekunan dan
keuletannya lambat laun produk produk ini mulai di kenal dan diminati
masyarakat. Pada saat itu beberapa orang penduduk desa Bugo bekerja sebagai
tenaga kerja di perusahaan kue dan roti milik Bapak Kaswi dan Bapak Sunar .
Akhirnya
semakin banyaklah orang desa Bugo yang menguasai cara pengolahan roti dan kue
kue tersebut, dan mulai semakin bertambah banyak pula masyarakat desa Bugo yang
mendirikan usaha pengolahan kue dan roti dalam skala industri rumah tangga (
home industri ). Selain Bapak Kaswi dan Bapak Sunar, akhirnya muncullah nama
nama yang lain seperti Bapak Kliwon, Bapak Sukamat, Bapak Kuat, Bapak Rahmat,
dan Bapak Sujono yang mendirikan usaha pengolahan roti dan kue – kue dalam
skala home industri di desa Bugo Welahan Jepara ini. Pada sekitar era 80- an
Bapak Kuat dan Bapak Sukamat berusaha mengmbangkan usaha pengolahan aneka kue
dan roti ini di Jakarta. Ternyata usaha mereka di Jakarta maju dengan pesat.
Kondisi ini membuat warga Bugo yang lain tertarik mengikuti mereka untuk
merantau dan berusaha di Jakarta. Pada saat itu bahkan usaha pengolahan aneka
roti dan kue dari pengusaha desa Bugo ini berkembang di kota kota Jawa Barat
seperti Banten, Cikampek, Bogor, Karawang dan sebagainya. Namun pada tahun 1987
banyak dari warga Bugo ini yang akhirnya kembali ke kampung halamannya untuk
mengembangkan usahanya di daerah sendiri. Usaha pengolahan aneka kue dan roti
di desa Bugo ini akhirnya dari tahun ke tahun tambah pesat. Kondisi ini membuat
inisiatif warga desa Bugo untuk mendirikan koperasi yang berbadan hukum dengan
nama ” KOPINKRA KARYA BOGA ” ( Koperasi Industri Dan Kerajinan Karya Boga )
yang anggotanya adalah para pengrajin kue dan roti dari desa Bugo.
Kemudian
koperasi ini juga telah menjalin kerja sama dengan perusahaan produk tepung
terigu yaitu ” Sri Boga Ratu Raya ” dari Semarang. Desa Bugo saat ini benar
benar telah menjadi sentra industri kue dan roti yang di buktikan dengan di
resmikannya desa Bugo sebagai pusat dan pasar perdagangan aneka kue dan roti
oleh Bapak Bupati Jepara . Dengan demikian dalam memasarkan produknya
masyarakat produsen kue dan roti tidak perlu memasarkan sendiri ke konsumen,
melainkan ada para pedagang yang mengambil langsung ke pusat produk di desa
Bugo ini untuk di pasarkan ke kota Jepara, Kudus, Rembang, Pati, Semarang,
Demak, Purwodadi, Solo, Pekalongan dan kota-kota lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar